APENSO INDONESIA

header ads

RASA SIMPATI DAN EMPATI KELUARGA BESAR SMP PGRI 6 SURABAYA DAN SDS AL-IKHLAS SURABAYA UNTUK SAUDARA DI PALESTINA MELALUI PENGGALANGAN DANA

“RASA SIMPATI DAN EMPATI KELUARGA BESAR SMP PGRI 6 SURABAYA DAN SDS AL-IKHLAS SURABAYA UNTUK SAUDARA DI PALESTINA MELALUI PENGGALANGAN DANA“

(Gambar Ilustrasi)

Oleh : Banu Atmoko
Apenso Indonesia


Rasa simpati dan empati merupakan dua hal yang penting untuk diajarkan sejak kecil. Perasaan simpati dan empati ini merupakan landasan yang bisa menumbuhkan kepedulian kita terhadap orang-orang di sekitar. Biasanya, kita yang tidak dikenalkan dengan rasa simpati dan empati sejak kecil cenderung akan memiliki kecerdasan emosional yang rendah. 

Sebenarnya, dari kecil kita sudah diajarkan orang tua kita, bagaimana merasakan dan melihat kondisi di sekitar kita. Ketika diajarkan kita sudah memiliki kemampuan emosi yang mumpuni untuk mulai merasakan simpati karena telah cukup mampu mengetahui perasaan orang lain melalui ucapan.

Lalu, saat perkembangan emosi kita semakin matang hingga kita bisa berempati dan memahami perasaan orang lain, juga memberikan respon melalui gerakan fisik yang menunjukkan rasa peduli. 

Proses perkembangan emosi tersebut memang terjadi secara alami, namun jika ditambah dengan pengulangan melalui latihan, kemampuan bersimpati dan berempati yang kita miliki sejak kecil bisa semakin kuat. Rasa simpati dan empati yang sudah ditanamkan dan diajarkan oleh orang tua kita sejak kecil. Nantinya akan berpengaruh terhadap sikap yang kita miliki ketika kita tumbuh dewasa. 

Bahkan rasa simpati dan empati yang sudah diajarkan dapat dengan mudah membentuk mental kita, sehingga rasa simpati dan empati muncul dengan sendirinya dari dalam diri kita sendiri. Ketika saat kita melihat orang tua kita sedang sibuk membereskan rumah, maka rasa simpati dan empati kita akan muncul dan kita berniat untuk membatu membereskan rumah. 

Lain halnya jika orang tua kita, tidak mengajarkan dan menanamkan rasa simpati dan empati kepada kita sejak kecil. Maka bisa saja kita tumbuh menjadi anak yang kurang memiliki rasa simpati dan empati terhadap orang lain.

Saya mengalami sendiri di dalam kehidupan saya, sejak saya kecil saya sudah diajarkan bagaimana saya harus bersikap terhadap orang lain yang berada di sekitar saya. Saya diajarkan untuk memiliki rasa simpati dan empati, sehingga saat dewasa saat ini rasa simpati dan empati yang diajarkan orang tua saya selalu saya tanamkan dalam diri saya. 

Ketika saudara saya sedang mengalami kesusahan, dan meminta bantuan kepada saya. Saya berusaha untuk bisa membantunya, walaupun tidak seberapa bantuan yang saya berikan. Karena niat saya mau membantu, maka saudara saya pun juga senang karena mendapat bantuan dari saya.

Tetapi terkadang rasa simpati dan empati kita tidak dihargai oleh seseorang, karena hanya melihat dan menilai sikap yang kita lakukan hanya untuk mencari perhatian saja. Padahal kita sudah berusaha untuk membantu dan menolong orang lain.

Saya melihat zaman sekarang, banyak orang yang tidak memiliki rasa simpati dan empati dalam dirinya sendiri. Ketika saya melihat berita yang disiarkan di televisi, yang beritanya membuat hati saya tersentuh dan ingin menangis. Karena berita tersebut menginformasikan, "seorang anak yang tega membunuh ibu kandungnya sendiri karena, kemauannya tidak dituruti". Seketika saya kaget akan berita tersebut. Saya tertegun, tega sekali anak itu membunuh ibunya sendiri yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Bahkan nyawa menjadi taruhannya. Tetapi balasan yang didapat si ibu dari anaknya, adalah balasan yang tidak seharusnya dilakukan dan dilarang oleh agama dan hukum Negara.

Aksi solidaritas bagi rakyat Palestina terus berdatangan. Kali ini aksi solidaritas itu muncul penggalangan donasi kemanusiaan bagi rakyat Palestina itu, disebutkan bahwa agresi militer yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap Palestina merupakan tindakan yang harus segera dihapus karena tidak berperikemanusiaan. 

"Berdasarkan pembukaan UUD 45 bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Sebagai Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan dan Sekolah Religius SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya Sekolah yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada hari Selasa, 25/5/2021 melakukan Penggalangan Dana untuk Palestina dimana tidak hanya siswa tetapi juga Guru baik dari SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya juga ikut melakukan penggalangan donasi.

Menurut Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya alumni jurusan PLS UNESA kelahiran April 1984 sangat bangga kepada siswa/siswi dan Guru – guru baik dari SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS "AL-IKHLAS Surabaya karena sangat tinggi dan besar rasa simpati dan empatinya untuk Palestina sampai mereka melakukan Penggalangan Dana tersebut.

Walaupun dana yang terkumpul tidak terlalu besar tapi Penulis bangga karena mereka ikhlas memberikan sumbangan uang saku mereka. Alhamdulilah, sumbangan yang terkumpul dari siswa/siswi dan Guru baik SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS "AL-IKHLAS Surabaya adalah SMP PGRI 6 Surabaya terkumpul dana Rp200.000 dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya terkumpul Rp200.000.

Dimana sumbangan tersebut di antar diserahkan oleh ibu YUNI ISMARYATI, S.Pd Guru BK di SMP PGRI 6 Surabaya dan didampingi oleh Penulis diantar ke YAYASAN DANA SOSIAL AL- FALAH Surabaya (YDSF). Menurut Penulis, semoga sumbangan tersebut bisa bermanfaat untuk saudara – saudara di Palestina dan semoga kedamaian segera muncul di negeri Palestina.
#TantanganGuruSiana  
#dispendikSurabaya 
#Guruhebat




Posting Komentar

0 Komentar