APENSO INDONESIA

header ads

PENJUAL TEMPE SAJA BISA BERSEDEKAH TANPA MENUNGGU KAYA GILIRAN KITA KAPAN UNTUK SEDEKAH ??

PENJUAL TEMPE SAJA BISA BERSEDEKAH
TANPA MENUNGGU KAYA GILIRAN KITA KAPAN UNTUK SEDEKAH ??



Oleh : Banu Atmoko
apensoindonesia.com



Sedekah merupakan salah satu dari sekian banyak anjuran dalam Islam. Sedekah bisa dilakukan oleh umat muslim tanpa perlu menunggu kaya raya. Rezeki telah diatur oleh Allah dengan sedemikian rupa. 

Karena telah diatur itulah, manusia diperlukan menyisihkan hartanya untuk mereka yang mengalami kesulitan. Beliau juga menjabarkan dengan bersedekah, sejatinya seorang hamba telah menolong dirinya sendiri dari kebatilan.

Sedekah nggak perlu tunggu jadi orang kaya, berpangkat, atau punya ini itu. Kebanyakan alasan nanti jatuh-jatuhnya, dibiasakan saja (bersedekah), langsung mulai.

Agar sedekah menjadi budaya sehari-hari, terdapat tips dari seseorang kepada kaum muslimin agar dapat terus bersedekah tanpa perlu merasa berat. 

Misalnya, dengan menyisihkan sejumlah uang tertentu yang dikadarkan dengan pembelian barang atau makanan per bulan yang bukan bagian dari kebutuhan primer. 

Dia menyebut, dengan mengurangi beberapa pengeluaran yang bukan bagian dari kebutuhan primer, nilainya bisa disalurkan untuk keperluan sedekah. 

Baginya, sedekah merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Sehingga, ketika kebutuhan itu tak ditunaikan, maka ia mengaku akan sangat menyesal telah meninggalkannya. 

Kalau dalam seminggu kita biasa makan bakso dua kali misalnya, kita pangkas saja jadi sekali. Jatah satu porsi baksonya itu, kita sedekahkan," ujarnya. 

Dengan menjadikan sedekah sebagai kebutuhan, hal itu bisa dilaksanakan dalam kondisi apa pun baik usai mendapatkan gaji, bisnis yang lancar, maupun dalam keadaan tengah mengalami musibah sekali pun. 

Namun, sedekah harus dibiasakan dengan ikhlas dan tanpa riya atau ingin pamer. Orang-orang yang bersedekah pun merupakan salah satu dari tujuh golongan orang yang mendapatkan naungan di akhirat kelak.

Hal ini sebagaimana yang dipesankan Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari Muslim, berbunyi: 
"Wa rajulun tashaddaqo bi shadaqotin fa akhfaha hatta la ta'lama syimaluhu ma tunfiqu yamiynuhu". 

Artinya : "Orang yang sedekah dan menyembunyikannya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang sudah disedekahkan tangan kanannya". 

Beliau menambahkan, sesungguhnya parameter sedekah itu bukanlah besar kecilnya penghasilan kita. Namun, parameternya adalah seberapa luas hati manusia untuk mau saling berbagi. Luasnya hati tersebut akan membuka mata dan jiwa kita terhadap kesulitan orang lain.

Pada hari Senin, 27/9/2021 penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya yang merupakan Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir setiap selesai sholat shubuh membuang sampah sekolah di tempat pembuangan akhir di Mrutu, Kalianyar, Surabaya.

Setelah membuang sampah pasti penulis menyempatkan mampir minum kopi sambil mendengarkan curhatan warga di Waroeng Kopi Pak Li di Jalan Bulak Sari, depan Masjid AL- Mukhlis, Surabaya. Seperti biasa penulis selalu pesan White Coffee dan menu andalan penulis yaitu Pisang goreng,

Dalam kesempatan ini, penulis ada sesuatu hal yang lain dari biasanya. Karena ada seorang bapak tua penjual tempe keliling mengeluarkan kresek putih sebanyak 10 buah. Dimana setiap kresek di isi oleh bapak tua dengan tempe, masing – masing kresek isi 2 biji. 

Betapa terkejutnya penulis saat melihat hal tersebut. Apalagi beliau menaruh tempe tersebut di depan Balai RW VI Bulak Sari, depan Waroeng Giras Pak Li.

Penulis sempat bertanya kepada bapak tua penjual tempe, buat apa bapak memberikan tempe tersebut. Kan bapak juga masih kekurangan ?, kata Penulis. 

Bapak tua penjual tempe menjawab, Mas di masa susah seperti ini masih banyak yang tidak bisa makan, apalagi untuk beli tempe. Alhamdulilah, saya masih bisa makan dengan keluarga saya walaupun hanya berjualan tempe, kata bapak tua penjual tempe tersebut. 
Bahkan, saya masih bisa ngopi setiap pagi di Waroeng Pak Li ini, tambahannya.

Betapa kagetnya penulis mendengar cerita dari bapak penjual tempe tersebut. Sosok penjual tempe bisa berbagi untuk sesama tidak menunggu kaya, sedangkan kita yang sehat lahir bathin kapan bisa meniru penjual tempe tersebut, kata Penulis.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat



Posting Komentar

0 Komentar