APENSO INDONESIA

header ads

Mencapai Tujuan Pabrik Bersama Budaya Setempat

 


Mencapai Tujuan Pabrik Bersama Budaya Setempat

Oleh: Gempur Santoso

Dosen Ergonomi K3, Teknik Industri, UMAHA Sidoarjo. 

Memiliki sesuatu tujuan atapun misi, agar tercapai, perlu dilakukan sesuai budaya di komunitas tertentu. Interaksi dengan budaya sangat penting. Sebab norma budaya dianggap kebenaran dalam suatu komunitas. 

Komunikasi atau interaksi dua arah pabrik dengan budaya masyarakat setempat sangat diperlukan. Pengakuan keberadaan pabrik oleh budaya masyarakat setempat diperlukan, agar tak ada kendala proses produksi pabrik. 

Misalkan saja, pada suatu masyarakat bahwa memiliki budaya bekerja malam hari adalah tabu. Jika ada pabrik memberlakukan bekerja ship malam hari. Maka, justru akan menimbulkan konflik antara pabrik dg masyarakat setempat. Konflik itu akan menimbukan masalah keamanan, kenyamanan, dan kelancaran proses produksi pabrik. Dan, pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan proses produksi, tak tercapai tujuan perusahaan atau pabrik. 

Tentu saja konsep bahwa "untuk mencapai tujuan harus sesuai budaya". Itu berlaku pula pada suatu instansi tertentu. Apabila tidak, malah akan timbul konflik, ketidaknyamanan, hilangnya kedamaian, dan kemacetan program untuk mencapai tujuan. Bisa jadi malah menjadi tuduhan: ambisius, firsted iterest, dan ketidakdewasaan dalam memberlalukan keputusan. Tentu itu menjadi yang lain merasa tertekan dan merasa mendapatkan kekerasan. Tujuan atau misi malah akan terbengkelai. 

Budaya itu baik. Berasal dari kata budi= kebaikan dan daya= kekuatan. Budaya suatu kekuatan untuk berperilaku kebaikan. 

Jadi budaya pasti perilaku kebaikan. Budaya bukan perilaku kejelekan. Kebiasaan dengan budaya tentu berbeda.

Semua hati (qolbu) manusia pasti menerima hal-hal yg baik. Qolbu itu jujur tak pernah bohong. Setiap qobu tahu dan menerima kebaikan. Tetapi tidak setiap manusia mampu melakukan kebaikan. 

Jaman dahulu, mungkin sekarang juga. Pabrik gula setiap tahun akan buka giling tebu, pasti dimeriahkan bersama masyarakat setempat. 

Bahkan yg suka budaya sayang kulit, maka pihak pabrik menggelarnya. Kadang bersama masyarakat disediakan pasar rakyat. Ada pula yg menyediakan hiburan rakyat. Semua itu, agar tercipta interaksi dua arah masyarakat dengan pabrik. 

Manusia memang bukan robot. Akan menjadi konflik jika menggunakan manajemen robotik. Kuasai budaya pada suatu komunitas, akan lebih lembut, damai, nyaman bersamaan itu akan sukses yg menjadi tujuan ataupun misi. 

Semoga kita menjadi manusia berbudaya, sehat lahir batin... Aamiin YRA. 

(GeSa) 






Posting Komentar

0 Komentar