APENSO INDONESIA

header ads

LISTRIK HARAPAN SERBA

LISTRIK HARAPAN SERBA 



Oleh: Gempur Santoso


Sudah lama atau lama sekali energi alat kehidupan ini mengarah ke arus listrik. Ada elektro arus listrik kuat. Ada pula elektronika arus listrik lemah.

Dahulu, ada istilah listrik masuk desa (LMD). Apakah semua desa sudah dimasuki listrik? Semoga sudah.

Dahulu, ada mobil/motor semi listrik. Mesinnya tetap motor bakar. Aksesoris dan pengapiannya pakai listrik otamatik. Sistem pengapian mekanis ditinggalkan. Misal, ada CDI (capasitive Diacharge Inspection), setelah itu ada pula sistem elektrik EFI (electrical fuel Injection), dan lain-lain. Apakah semua mobil/motor pakai sistem pengapian elektrik? Tampaknya ada yang sudah juga ada yang belum.

Semua serba listrik. Peralatan rumah tangga serba listrik. Misal, setlika arang diganti setlika listrik. Kipas bentuk ilir (kipas dari anyaman bambu) diganti kipas listrik, dan lain lain.

Serba listrik. Sekitar sepuluh tahun yang lalu Indonesia sudah bisa membuat mobil listrik (pakai akumulator) bukan lagi pakai mesin motor bakar. Nampaknya, diduga adanya perang dagang, atau political will. Mobil listrik stagnan.

Kini, digalakan lagi atau disosialisaikan lagi pakai mobil listrik. Salah satu jenis sosialisasi itu adalah pejabat sampai tingkat gubernur diharapkan pakai mobil listrik. Apakah semua sudah pakai mobil listrik? Sangat belum. Mungkin rencana berjalan.

Kini lagi, bahan bakar untuk memasak. Dulu pakai pakai bahan bakar kayu. Ada bahan bakar minyak tanah. Ada bahan bakar biji jarak (ini pun gagal). Yang umum pakai bahan bakar minyak tanah. Ada kompor minyak tanah. 

Diganti dengan bahan bakar LPG (liquid petrolium gas) secara nasional. Kini ada wacana baru bahwa memasak pakai kompor listrik jenis induksi.

Apakah memasak pakai kompor listrik sudah semua memahami? Tampaknya belum. Malah ada pro-kontra.

Sering ganti bahan bakar memasak. Mungkin itu pun urusan perang dagang. Kalau LPG memang harus impor. Tetapi LNG (liquid natural gas) di negeri ini sumbernya. Bahkan bisa-bisa Indonesia sumber terbesar LNG di dunia. Apa pertimbangan tak dipakai kompor LNG? Tak tahu.

Kalau kompor listrik menjadi alat utama memasak, dan menjadi peraturan kebijakan. Terus pedagang keliling surungan (PK5) saat malam hari memasaknya bagaimana? Entah.

Di Surabaya dan Sidoarjo, saat malam hari, saat ini, ada penjual surungan (K5) nasi goreng, tahu tek, bakso, lontong balap, mie goreng mie godok, mie ayam, soto, dan lain lain. Kompor listriknya disambungkan (dicopkan) di listrik mana? Belum tahu.

Listrik saat ini masih dimonopoli PLN (perusahaan listrik negara). Andai yaaa...mengandai-andai bebas membuat sumber arus listrik, tidak monopoli. Mungkin PK5 surungan bisa juga akan membuat solar Cell (listrik tenaga matahari) pakai batrei akumulator. Siang hari mengisi akumulator sampai arus listrik penuh, pakai solar Cell. Sudah terisi penuh. Malamnya dipakai jualan. 

Memang listrik tak mengeluarkan limbah. Dugaan serba listrik apabila semua serba listrik termasuk alatnnya (equipment) dan alat bantu pendukungnya sehingga kontinyu. Bayangan sekarang kok repot ya.

Semoga semua sehat lahir batin...aamiin yra.

(GeSa)





Posting Komentar

0 Komentar