DEMOKRASI: BERILMU DIJALANKAN DENGAN AKHLAK MULIA
Efek Demokrasi model pilsung (pilihan langsung) bukan kualitas tetapi kuantitas. Siapa fenomenal populer akan memiliki jumlah (kuantitas) banyak suara. Mereka yang jumlah suara terbanyak menjadi pemenang, menjadi pemimpin memiliki otoritas kekuasaan.
Makin nampak negeri ini menuju kuantitas, tidak menuju kualitas.
Apakah yg populer itu yg berkualitas? Belum tentu. Yang berkualitas yg bagaimana? Yakni yg berilmu dan berakhlak mulia.
Asumsi kuat bahwa orang berilmu adalah orang berkualitas. Sebagaimana sebuah firman yg artinya "Allah SWT akan meningkatkan derajat seseorang karena ilmunya".
Jelas, meningkatnya derajat seseorang karena memiliki ilmu. Orang berilmu adalah orang berkualitas. Bukan orang tak punya ilmu samasekali disebut orang berkualitas tinggi.
Allah SWT Tuhan Maha Esa adalah yang Maha Mengetahuinya.
Banyak orang berkualitas tetapi akhlak (karakter) tidak baik, membuat hidupnya tak sukses. Toh juga banyak orang memiliki ilmu tak seberapa tetapi akhlaknya baik, mengalami hidup yang sukses. Di sini tampak bahwa berilmu harus dijalankan dengan akhlak yg mulia.
Dari kenyataan kuat diduga bahwa kehancuran akhlak juga akan menghancurkan ilmu yg telah dimiliki.
Tentu suatu bangsa punya harapan bahwa negara dan bangsanya dapat aman, damai, kecukupan, adil dan modern (maju). Ini semua membutuhkan pemimpin yg berilmu dan berakhlak mulia.
Kelihaian berakhlak dalam memainkan ilmu untuk kepentingan bangsa (rakyat) dan negara sangat diperlukan. Berpolitik dengan cara demokrasi pilsung akan mendapat kekuasaan, untuk melakukan kelihaian itu. Berpolitik bukan sekedar meraih kekuasaan.
Bisakah? Dengan cara kuantitas akan mendapatkan kualitas? Semoga bisa, "Allah SWT Maha Tahu".
Semoga kita selalu sehat lahir batin...aamiin YRA.
(GeSa)
0 Komentar